Surat Keputusan
Cinta
Bagi segenap hati yang direnggut rindu
Kini aku memutuskan dan menetapkan
Tentang segala hal yang berkenaan dengan cinta
Tentang raga yang tak dapat dipisah
Tentang asa yang tak dapat kubendung
Relakanlah aku merituskan segala yang membuat gundah
Bismillahirrahmanirrahim
Kami sebagai penghuni kerinduan
Di negeri ini setelah:
Menimbang
Bahwa deni cinta di segenap jiwa
Aku rela terluka dan tersiksa
Sebab tidak ada sesuatu lebih mulia di hadapanku
Kecuali terluka mempertahnkanmu
Mengingat
Hari-hari terlampaui
;sesepoi angin waktu pagi
Seindah langit malam hari
Engaku meminta puisi sebagai mahar tekateki
Memperhatikan
Sejauh mana kita melangkah
Sesabar apa kita menghadapi cobaan
Dalam sejarah
Menetapkan
Memutuskan:
Aku rela mati di pangkuanmu
Demi cinta yang kubawa
;terikrarka seluruhnya
Dan surat keputusan ini tidak dapat diganggu gugat
Kecuali tuhan berkehendak lain
Jika ada kekeliruan akan diperbaiki di lain waktu
Ditetapkan: di suraga kerinduan
Pada tgl: keabadian
Ttd
Imam j. Larat
”sebagai penanggung jawab”
Malang 2011
Maka Sebutlah Aku…..
Seharusnya malam bila tidak ingin siang
Sebab kedua-duanya adalah nikmat yang terluka
Sangaja diampar dalam kemasan tidak sia-sia
Seharusnya sepi bila tidak ingin ramai
Karena kesepian akan membawa kita pada khayalan
Dan keramaian terus menyibukkan langkah
Seharusnya aku adalah pengembara yang kehilangan arah di hutan belantara
Untuk mencari sekelompok kata kujadikan bahasa
lalu kutelusuri bukit-bukit : ada pohon-pohon
tumbuh
Kunaiki batangnya
Kukelupas kulitnya
Kupetik daunnya
Kumakan buahnya
Kubawa pulang bunganya
Dan kupatahkan ranting-rantingnya
Ada maut disana terus mengintai dan memburu
Aku terbang lagi ke angkasa
Mencari kawanan burung kesasar tertimpa kabut riuh
Lalu turun ke bumi mencari jati diri
Maka sebutlah aku angin
Yang menerbangkan segala benda-benda
Baik di langit jauh maupun di tanah-tanah
Hinggap di satu daun pindah ke daun lain
Menepi ke kutub utara kembali ke kutub selatan
Mencari sarang
Menemukan sarang
Menahlukkan penghuninya
Maka sebutlah aku batu
Beku di sungai-sungai
Bertaburan di pasir-pasir
Terselam di laut-laut menggaramkan ikan-ikan
Maka ketahuilah kau
Maka mengertilah kau
Maka renungkanlah kau
Bahwa aku tidak bisa berbuat apa-apa
Kecuali menunggu dan menunnggu untuk kesekian kalinya
Maka sebutlah aku air
Keluar dari sumber-sumber tanah
Mengalir ke danau-danau
Menghanyutkan sampah-sampah berkeliaran musim hujan
Tanpa tujuan pasti semua tetap seperti sediakala
Mengalir mengikuti arah jalan yang telah digariskan sebagai takdir Tuhan
yang telah ditentukan segalanya
Dan yang terkhir
Sebutlah aku penakhluk kata
Turun dari dunia kihayal menuju dunia nyata
Sekedar janjiku pada hati sebelum pergi
Mencipta puisi sebagai hadiah pada kekasih
:sebab telah kututup angin
Telah kututup batu
Telah kututup air
Meski di luar, hari terus berenang menyelesaikan petang yang terluka
Menidurkan bara-bara perjalanan di akhir senja
Lubangsa 2011
Wasiat Kesunyian
Tidurlah, Non
Hari sudah malam
Sebentar lagi hujan akan datang mencumbui tanah dengan mesrah
Karena mendung tiba-tiba berarak dari arah kiblat
:dari pagi hingga sore meremah sunyi
Kita sudahi saja persulangan ini
Sebagai rasa nikmat berulang kali
Atas kepulangan malam pada kampungnya
Yaitu :yang dinamakan kesepian
Barang kali tak ada sisa siang menghantui
Sebab malam adalah malam
Pun juga sebagai jalan pulang menuju rumah bahasa
Selebihnya terbuang pada siang
Kalau engkau berlama-lama di luar
Angin riuh akan membasmikan senyummu
Serta menerbangkan rambutmu menepi ke semak-semak blukar
Menjadi rumah di sana
Sebagai wasiat dari kesepian
Untuk hanya singgah
Lubangsa 2011
Rahasia Apakah Yang Aku Simpan?
:sedih +31
Oh, sedih!
Betapa perih luka menyanjung di ranjang
Selalu pulang ke rumah tidak mengetuk pintu
Datang tanpa salam
Pulang tanpa kalam
Keberadaanmu hanya bisa dirasakan
Tidak tahu, seperti apakah kau?
Langit, bukan
Bumi, bukan
Uang, bukan
Air, bukan
Gunung, bukan
Darah, bukan
Lalu mengapa harus dinamai kau, ya sedih!
Kalau tidak bisa dilihat
Kalau tidak bisa ditatap
Kalau tidak bisa didengar
Kalau tidak bisa diraba
Hanya dapat
dirasakan perihnya
Oh, sedih!
Adakah nama lain selainmu?
Jika ada persembahkanlah kepadaku untuk mengenalmu lebih jauh
Perkecualian 1000 orang hanya 1 orang
Yaitu :aku yang dinamakan keterbatasan
Lubangsa 2010
Kembala Air Mata
Angin malam-malam telah menuturkan kembala air mata
Pada almanak yang tanggal di bukit-bukit paling jauh
Aku bergegas memilin kisah tertinggal
Membekaskan angin risau jatuh ke otak dalam-dalam
Seusai kisah ini hujan datang tiba-tiba
Mengguyur badan, kedinginan
Mata-mata sembab terjebak dalam kemurungan
Menebarkan lamunan panjang
Sepanjang musim hujan waktu ini
Dan mengapa harus wajahmu
Yang harus menuturkan rindu dan air mata
Seusai hujan datang malam-malam ke haribaan
Lubangsa 2011
Aku Juga Ingin
Seperti Puisi
Aku juga ingin seperti puisi
Terbang ke mana-mana mengelilingi Dunia
Hingga sampai ke majusi
;hidup dengan diri sendiri
Dicipta tanpa letih
Imajinasi
Penyejuk hati
Berangan dalam
diri
:kusebut puisi
Aku juga ingin
seperti puisi
Di mana-mana
ada yang mengenangnya
Sepanjang waktu
Sepanjang kisah
antara hidup dan maut
Memosiumkan
ilusi
Dicipta
untuk lebih berarti
Maha kata dari selaut kata
:kusebut puisi
Puisi ada dimana-mana
Namun tidak ke mana-mana
Di langit ada puisi
Di bumi ada puisi
Di udara ada puisi
Di tumbuh-tumbuhan ada puisi
Di hewan-hewan ada puisi
Apalagi di manusia,
Tambah lebih banyak puisi
:satu kata, segudang arti
Aku juga ingin seperti puisi
Hidup selalu diperbarui
Setiap hari dan lebih berarti
Malang 2011
DOL PIN BO
Dolpinbo,
Apabila dunia kurumuskan menjadi angka-angka
Maka tafsirannya sangatlah tidak mudah
Seperti halnya perkalian dan pembagian
Apalagi perpangkatan
Tidak salah penghuninya sama-sama panik
Terasa gila
:doktrin finasial jadi pijakan
Bahkan sebagai rumusan masalah paling besar
Dolpinbo,
Apbila dunia
kurumuskan menjadi qiyas
Maka yang lahir
hanyalah majaz
Keseharian kita
hanya melawak
Menghibur para
tetangga dan raja-raja
Bagai kisah Abu Nawas
Hidup remang-remang
Tidak ada jaminan ekonomi
Namun banyak yang menghuni
Meski hanya memperoleh sesuap nasi
Dolpinbo,
Apabila dunia kurumuskan menjadi cinta
Maka yang lahir adalah orang-orang yang bijaksana
Perebutan-perebutan akan musanah
Tanpa harus memaksimalkan program kerja
Rindu menyatu jadi Satu
Lalu tercipta dunia baru
Kira-kira seperti apakah yang diinginkan
Oleh Indonesia?
Banuaju 2012
Bulan, cepat
laksanakan!
Kuberitahu,
Bulan, cepat laksanakan!
Sebentar lagi kau akan tidur berselimut sepi
Berbantal bintang
Berselimut kabut
Selain kata reindu, apalagi yang membuatmu terbangun
Hanya malamkah membuatmu terjaga?
Sebelum pulang
Hantarkan salam pada kekasihku
Bacakan dia ayat-ayat suci penyejuk hati
Dzikirkan dia
rindu
Yakinkan,
Bahwa hanya aku
lelaki paling setia
Datang dari negeri hampa
Hanmya kata, bahasa yang dapat kuberikan kepadanya
Dan puisi sebagai laut ilusi
Bulan, cepat laksanakan!
Sebentar lagi hari-harimu akan berakhir
Lalu datang kembali di hari-hari nanti
Menjangkaumu tak terbatas
Meski dekat pandang ke atas
Buih-buih suara silih berganti
Semoga engkau dapat mengerti
Lalu kuberi nama kau,
“Bulan Batang-Batang”
Banuaju 2012
KESIBUKAN
Aku sibuk di luar
Engkau sibuk di dalam
Kita sama-sam sibuk membawaaa kegelisahan
Angin masuk
Udara keluar
Apakah ada perbedaan?
Mlang 2011
Menghuni Senja
Kuceritakan kepadamu tentang senja
Yang mengintip sembunyi-sembunyi
Menuturkan kembara di permulaan siang
Lalu hanya menatapmu
Membuat segalanya menjadi berubah
06.00
Burung-burung telah berhijrah dari sarangnya
Menyusuri angin yang kabur lewat jendela
Juga orang-orang yang tutup mata
Telah sempurna menawar ranjang dengan terbuka
Begitupun aku telah lama menghuni subuh
Untuk kutemukan kesiur rambutmu tergerai
Pada jelajah ruang dan jendela lusuh
:tempat lama
buat bersua
07.00
Kini pagi telah
sempurna memunculkan matahari
Membenamkan
malam, mengubur sunyi
Atas ritus keramaian musim siang
Aku beranjak dari kata-kata
Merampungkan puisi
Yang sebentar lagi akan kubacakan di depanmu
Takut suatu saat nanti harga majazku akan mati
Dan hanya kepadamu semuanya tetap tidak berhenti
:membaca dan menulis melebihi perkasa bumi
08.00
Sementara waktu, ataprumahku yang bocor
Sudah tampak jelas kelihatan
Sebab panas ganas menyengat
Menuturkan penglihatan
Namun hatimu masih tak dapat kucuri
Daripermulaan subuh hingga senja meremah langit, lalu matahari
Apakah nanti aku menguburmu dalam rakaat satu-satu
Setelah ahir pekan sore berganti
Lubangsa 2011
IBADAH KESUNYIAN
Jangan sampai ada yang meneteskan air mata
Dalam sujud yang kubawaa dengan disafroma kerinduan
Sehelai sorban
yang pernah kau kalungkan pada ilalang
Terhempas semai angin
Aku terhenyak pada lantunan dzikir para sufi
Kucoba intip di balik dinding indah jilbabmu
Bau misik yang tempo dulu kau pakai
Kini masih menyeruap di sela-sela hidung
Takhbirotul ihramku
Perasaan kalut yang membeku menuntunku sampai
Tasyahud akhir hatimu
Senyap malam lalu lalang menyergapi bisikan angin
Mengurai sunyi kefakuman lelah bibirku.
Lubangsa 2009
Piring Telah
Pecah
piring telah pecah
kukemas lagi dalam ingatan
sesegera kilat menyambar kala hujan
serta kubungkus dalam plastik ke kanakan
dan kuikat kelalui ke tangkasan
piring telah pecah
bertaburan ke dalam mimpi kahfi
di sana aku mencoba menyelaminya
bersama ruhmu kuikat ke otak
sepanjang perjalanan liku-liku
berkabung ke mana-mana
piring telah pecah
secepat angin aku memilihnya
biar tidak ada luka
terus mengeja kata
di salah satunya
aku temukan hatimu membelah parah
dari deretan piring yang telah pecah
guluk-guluk 2010
Raka’at Batal Satu-Satu
yang terlupa di rambutmu adalah gerimis
yang terluka di tubuhmu adalah tangis
malam-malam begini terasa sepi tanpa nyawa
hanya raka’at batal satu-satu
seperti pelayaranku yang gagal sampai ke dermaga
:menemuimu di pasir-pasir;
Cemara-cemara
Liukan-liukan
air
Lorong-lorong setapak
Taman-taman berbunga
Bukit-bukit gunung
Kuil-kuil tumbang
Serta
rumah-rumah di tempatmu bersandang memulaskan mimpi
Karena
perjalananku tak sampai usai di malam ini yang begitu sepi
Sebab ada
peristiwa
Sebab ada luka
Sebab ada maut
Sebab ada
raka’atku yang batal satu-satu
Maka kuucapkan selamat malam untukmu
:untuk berimajinasi
Dari kata hingga puisi
Karena kata-kata adalah makhluk mati yang hidup kembali dari tangkainya
Lubnagsa 2011
Anggur Malam Pertama
Begitupun aku telah mabuk
Dalam segelas anggur suguhanmu waktu
itu
:pada malam pertama di ranjang kamar pengantin baru
Tutup pintu rapat-rapat
Takut ada angin nyasar masuk lewat celah-celah
Hingga akan mengusik perbincangan
Menggagalkan percintaan kita
Lalu matikan lampunya
Jam sudah pukul 11.30
Rasanya sudah terlalu malam
Karena tamu-tamu mulai sejak tadi sudah pulang
Membawa senyum dalam kegembiraan
Malam ini engkau mulai pintar menari
Seperti wayang dalam layar televisi
Memabukkan segala saraf-saraf yang terus menjalar di sekujur tubuh
Akupun kaku di atas seprei ukuran 2 meter
Harus menunggumu selama 1 jam
Oh, tarinya menanam rumput di ladang-ladang gersang
Yang akan kuarit berulang-ulang
Untuk membuat makan rindu
Pada peluk setengah pingsan
Padamu segalanya aku pulang
Menentramkan malam-malam
;gelisah-gelisah ingatan
Tarrr….!!!, Gelas telah kujatuhkan
Seteguk demi seteguk anggur telah kuhabiskan dalam sekejab
Kudeteksi senyummu
:Ihwal purnama keratan bibir zulaikha, merah merekah
Kalau kukecup, sebulan masih dirasakan hangatnya
Membuat bayang-bayang serupa layang-layang di mata
Dan ke esokan harinya kita mabuk bersama-sama
Setelah saling menuangkan anggur
Lalu meneguknya setengah gelas dengan gairah
Yang engkau dapat dari perempuan tua waktu kepasar ingin berbelanja
Dan layaknya kita sebagai sepasang pecandu
Yang mengeram di dalam rumah
Lubangsa 2011
Surat Cinta Buat Rayon Addakhil
Ada sejarah disini, Ji
Yang luka-luka habis tuntas dikoreki
Lebih bergetar dari pada tsunami
Diiringi suara mikrofon dalam diri
Seperti halnya siang
;peraduan tak tuntas diselenggarakan
Sebelum bunyi kucing mengeong
;ngeong……
Sebelum suara harimau menggonggong
;Huhhhkkkkk…
Sebelum koak elang bersahutan
;Koak…..
Sebelum purnama berubah riak jadi gerhana
Sebelum tgl 28 Desember 2010
Banyak kegelisahan-kegelisahan panjang
Meriwayatkan segumpal darah
Serta desah nafas
Desah jantung
Desah nadi
Desah kaki
Bercampur jadi satu
Lebur jadi Satu
:Rayon Addakhil PMII Country UNITRI
Aku menamakannya sejarah, Ji!
Dimana tangan kepercayaan tuhan menuliskannya
Beserta aku yang gila akan pena
Untuk menamakanmu sebagai hadiah
:Petualang penuh juang
Ibarat wadah
Akulah hujan yang segera ingin tumpah
Mengisimu dalam kegelisahan-kegelisahan itu
Dimanakah kau, Ji?
Beserta sahabat-sahabat lainnya
Disini, anak asuhmu lagi membacakan puisi
Ingin meruahkan kegalauan hati
Hari ini aku ingin lebih berarti
Tidak hanya janji-janji mati
esok hari aku mati
Lalu kau membangunkannya kembali
Berharap semoga Tuhan memberkati
Amien ya robbal alamin….
Malang
17 januari 2012
MALANG
Selamat malam malang
Kini kita telah berjumpa sedemikian rupa
Mengadu nasib di lokasi kota
Dalam suasana hiruk pikuk cuaca
Kuharap engkau baik-baik saja seperti sediakala
Menemaniku dalam keramaian
Agar tidak ada penghalang merumuskan kata
yang kupuja dari desa
Serta kedatanganku malam ini
Sebagai laki-laki perkasa
Untuk melamarmu menjadi teman tanpa canda-canda
Meski maut di depanku berdatangan
Ingin
mencabut nyawa kita untuk persulangan
antara darah dan rasa
Jika engkau masih belum siap dengan kedatanganku
Maka tanamlah nama tuhan dalam hrambutmu
Dalam dahimu
Dalam alismu
Dalam matamu
Dalam bibirmu
Dalam hatimu
Dalam kakimu
Dalam ragamu
Dalam semuua anggota tubuhmu
Maka kita akan mengenal dan menyatu
Sebab raga kita satu walau masih jauh
Malang
2011
Laut Ilusi
Laut,
Sampaikan salamku pada gelombang
Yang dulu telah meronta-ronta rambutmu
Hingga digiring ketepian
Lalu aku meerakit pecahan-pecahan pasir
Sambil lalu menunggui angin untuk menerbangkannya
Kala ini
Aku tidak dapat menemuinya
Dalam keadaan serba berantakan
Sebab Ibuku di rumah merapalkan mantera-mantera
Yang sebentar lagi kukirimkan pada Alam
Agar tubuhku tak jadi buronan
:baik ilusi sunyi, sepi atau gelombang
Laut,
Coba bisikkan pada perahu-perahu jalanan
Bahwa hari ini tidak ada satu orangpun akan menyebrang
Kecuali angin berkabung serta hujan
Menetaskan tempatmu berjuang
Dan kabarkan pada ikan-ikan
Bahwa aku menunggunya didalam kamar
”besok aku engkaupun jadi batu dan
debu”
Malang 2011
Menjelma
Angin jelma perempuan
Sunyi jelma perempuan
Sepi jelma perempuan
Sepi jelma perempuan
Fikiran jelma perempuan
Keadaan jelma perempuan
:akupun jadi budak
Malang 2011
Perempuanku
O, perempuanku
Ternyata kita harus berpisah jarak
Sebelum maut memenggal leherku di bibirmu
Ada isyarat
Bahwa hujan akan datang di musim kemarau
Selebihnya badai
Jika malam ini hujan tak turun
Menerpa rambutmu semakin berderai
Maka bunuhlah aku dengan khayalmu
Sebab mati bagiku lebih berarti
Dari pada membayang maut terlebih dahulu
Selain pasrah apalagi yang dapat
kuperbuat
Untuk merasakannya?
Luka memang hadiah untukku
Dan perih salah satu dampaknya
O, perempuanku
Jika engkau mau
Bunuhlah dengan rindu
Untuk menggagalkan semuanya
Malang 2011
Cukup Satu
Kenangan Kita
Kutikam-tikam dinding itu, perempuanku
Biar remuk
Biar hancur jadi debu
Kuisyaratkan pada badai
Pada angin
Pada sunami
Pada yang dinamakan kegelisahan
Agar membantu memecahkannya
Cukup satu kenangan kita
Lainnya dusta
Kemarilah mendekat lekat, perempuanku
Kutunjuk kau sebagai ratu sejagat
Lalu kukirim segala kerinduan kepadamu
Sebagai penyampai resah-resahku
Lalu kuperlihatkan gubuk itu: kenangan kita
Yang masih saja kokoh menantang jaman
Yang di dalamnya bertuliskan darah
Dalam cangkir-cangkir berlian
Maka tidak ada tempat paling bersejarah selainnya
Cukup satu kenangan kita
Lainnya dusta
Malang 2011
Pernyataan IV
Semakin tua umurku
Semakin saja menggila rinduku
Semakin menggila rinduku
Semakin saja mati harapanku
:tetawa,
Laknat!
Malang 2012
Kumbang-Kumbang
Malam
Dia kumabang-kumbang malam
Mengitari kesepianku
Merayu angin sedang mmerajut mimpi
Untuk dipersembahkan
Sebagai ritus atas pujanya ke kau lalu aku
Dia rindu setinggi gunung
Ingin memelukku di bawah kesadaran
;Setengah mabuk
Setengah pingsan
Setengah miring
Setengah tegak
Setengah marah
Setengah tersenyum
Setengah yang membuatnya menjadi gila
Sambil membawa 1001 anak panah, sanapan dan arak tuban
Lantas merakit tujuan di benaknya
Dia kumbang-kumbang malam
Muka merah pucat
Bercampur jadi satu
Membawa dendam dan amarah
Mula-mula ingin memelukku jadi menusukku
Bukan mencari bunga di kepalaku
Tapi mencari darah di leherku
Hampir aku sudah lupa
Bahwa sebenarnya dia adalah kekasihku
Malang 2011
Aku Ceritakan
Langit Mendung
Aku ceritakan langit mendung
;hujan melemparkan tubuhnya
Dimana ikan-ikan bertepuk tangan dan bersiul
Mengharap garam lebih tawar dari sebelumnya
Sebab tidak ada sesuatu yang lebih mengesankan
Kecuali perubahan
Angin memuntahkan kesiur gelombang
Bertanda nelayan hari ini tidak dapat berlayar
Aku ceritakan langit mendung
;hujan melemparkan tubuhnya
Diman burung-burung mendengkur dingin
Serta berkelepak bugil
Loncat dari satu ranting ke ranting lain
Setelah kupahami betul
Ternyata rinduku juga berderap gigil
Kala musim hujan tidak ada ruang kesempatan sisa sampai kealamat rumahmu
Telah tersangkut atau kedinginan dalam diri
Atau bahkan ada cuaca lain selain musim-musim ini
Ternyata mendung sebuah alamat
Bahwa rinduku akan berakhir
Dan menumbuhkannya di musim-musim lain
Malang 2011
Sekarang Aku Sudah
Belajar Menghargai Kata
Sekarang aku sudah belajar menghargai kata
Demi cinta dan usia
Hidup di kelilingi rasa curiga
Apakah disana ada kalimat yang dapat kujadikan rahasia
Sebagai penghuni sekaligus pengisi lowongan waktu
Biar sedetikpun aku tetap menemuinya
Lalu mencatatnya dalam pertemuan
Untuk imbalan sehabis pulang
”kata bagi bahasa
Apalah guna rindu bagi yang tabu”
Sekarang aku sudah belajar menghargai kata
Telah kutekadkan menjadi budak bahasa
Selama masih ada nadi yang tersisa
Malang 2011
Di Tanah Kita
Di tanah ini aku merebah
Denagn bara dan tangisan histeris
Seperti jeritan aceh tempo dulu
Sebagaiman telah kuceritakan dalam waktu
Selama getar tak berubah diam
Tetap kusebut kau sebagai kenangan
Beribu kenangan telah tumpah di tanah ini
Sambil lalu sejarah mengingatkannya kembali
Tanpa harus dicari ke moseum kota
Hanya sekedar memastikan
Apakah keberadaan kita termasuk sejarah bagi masa depan
Malam Ibu
Selalu tak henti-henti kudzikirkan rindu keharibaanmu
Sepanjang malam
Sepanjang usia
Sepanjang senja menjemputku tiba-tiba
:dusta bagiku luka
Maka kenanglah bahwa hanya aku
Yang masih saja melekat dalam hatimu
Meski kita jauh
Tapi hati kita tetap satu
Di malam-malam begini
Hanya sajakku yang terus mengalir tanpa henti
Tanpa batas
Tanpa harga diri
Sepi saja sebagai pelipur hati
Jika saja masih ada waktu menunggu bertemu
Kan kunobatkan kau sebagai ratu dari maha ratu
Karena tidak ada kalimat lain yang pantas lagi menuliskannya
Kecuali kau pahlawanku
Dan tidurlah dengan tenang
Esok hari aku benar-benar datang
:aku tak lagi berdusta
Malang 2011
Purnama Kesekian
Purnama kesekian
Menyaksikan pertemuan kita
Pada sepi penusuk malam
kini bulan keguguran dari tempatnya
jatuh ke tanah dan lantai-lantai pepohonan
menyebrangi reranting yang baru tumbuh
di sana dia rebah
sekedar singgah
menyalami
sampah kedinginan
jangkrik-jangkrik
mengintip di balik dadar
sambil tubuhnya
telanjang bugil
menawar pekat
dingin dini waktu
sekian lama
aku tetap adu tatap
Tubuhmu menggelinjang
Membut semesta jagad
Dan engkau tak pernah tahu
Bahwa aku telah memburumu berkali-kali
Guluk-guluk 2010
Lersina
Lersina,
Di negeri ini aku singgah
Menuntut usia semakin menua
Dilempari geletar
Dicambuki kegelisahan
Dimana waktu telah memenggalku
Dalam kurun musim menggulung rindu
Hanya aku pengemis kata
Yang tak pernah lelah menulis
Demi harga diri bangsa
Meski di luar
Banyak perang politik tanpa ada ujungnya
Lersina,
Negeri tetaplah negeri
Setiap hari dicubiti
Sebentar lagi akan bunuh diri
Sebab kejadian-kejadian ngeri tanpa henti
Begitupun aku telah lama dihuni sedih
Lebih mengenaskan dari pada sakit hati
Bagiku ruang adalah ruang
Waktu adalah masa lalu dan masa depan
Lalu apakah semua penghuni ini semuanya
pingsan?
Malang 2012
Aku Malam
Engkaupun Siang
Aku malam engkaupun siang
Sengaja tercipta untuk saling ketergantungan
Menari sampai akhir masa
Bila ada gelap, terangpun akan segera menjemputnya
Dengan lapang dada
Kita hati satu dimensi
Terus setia menghuni sepi
Aku malam engkaupun siang
Sengaja terbentuk dalam rahim alam
Hujan datang
Angin puyuh bertandang
Laut saling kecup bertemu
Pembantaian dan pemberontakan pulang bertamu
Kita masih sabar saling meramu